Jakarta, otoritas.co.id – Dalam rangka pengembangan bidang keilmuan dan peningkatan performa organisasi, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Moeldoko Center mengadakan Focus Group Discussion (FGD), mengundang Prof. Dr. Tulus Warsito, M.Si. Guru Besar Ilmu Poltik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, bertempat di Menara Batavia lantai 2 pada hari Rabu (06/7).
Prof Tulus Warsito memberikan pandangan akademik berbagai strategi organisasi dan sinergi dari sektor pemerintah dan swasta dalam membangun relasi masyarkat. Program acuan ini sebagai poros demokrasi Negara Republik Indonesia (NKRI) menjaga persatuan dan kesatuan anak bangsa.
“Konsep dasar Republik dan Demokrasi milik massa yang terepresentasi ketika suara satu golongan lebih keras dari yang lain, ia akan memenangkannya dan membawa kepada tirani dan oligarki. Hal inilah yang menjadi analogi Socrates memunculkan banyak pilihan rakyat untuk memilih pemimpin melindungi kedaulatan rakyat dan demokrasi ” ujarnya.
PROF. DR. TULUS WARSITO, M.SI.
Menjelang Pipres 2024 ruang publik dikuasai oleh kartel dan oligarki pemilik modal, menutup lebih banyak ruang bagi siapa saja untuk berpartisipasi, terutama partai baru atau pemain baru. Berbagai Lembaga Survey yang mengaduk isi perut calon pemilih untuk dilaporkan dalam grafik elektabilitas, melainkan juga calon pemilih atau masyarakat secara luas mulai menggeliat ikut-ikutan menerawang siapa kira-kira bakal calon pemimpin mereka ke depan. Walaupun hanya menerawang rupanya tidak mudah untuk membuat hasil terawangan yang tegas.
Masyarakat menyadari bahwa tidak mudah untuk memberi alasan kenapa tokoh pujaannya sebagai yang paling pantas untuk memperoleh kemenangan, mengapa yang lain dianggap sebagai pecundang. Selain kehendak Tuhan, tentu ada sejumlah peran manusia yang langsung maupun tidak langsung memberikan kelayakan kemungkinan munculnya bakal calon Presiden, dan menjadikannya sebagai yang etrpilih dalam Pipres 2024.
Semua orang juga tahu bahwa selain sejumlah prasyarat normative dan sosiologis sebagai bakal calon ada prasyarat istimewa yang harus dipenuhi sebelum memasuki arena pemilihan. Dukungan finansial dan kolegial dari para pemilik modal, para bohir, baik yang di dalamlingkaran partai maupun (terutama) dunia usaha yang menguasai lapangan, menjadi topik pembicaraan yang hangat.
Sangat mudah diyakini bahwa tak mungkin siapapun yang maju dalam arena Pilpres ini yang tidak peduli terhadap ongkos permainannya. Untuk mengatur para pendukungnya pun, termasuk relawan pun, perlu biaya. Atributnya, mobilisasinya, logistiknya dan lain sebagainya.
Prof Tulus mengatakan, mulailah orang memasukkan sejumlah pihak atau nama orang dalam terawangan pilihan calon Presiden mereka. Orang mulai mempertanyakan siapa yang paling punya kuasa untuk memunculkan balon calon dan memenangkannya dalam pemilihan. Ada yang menyebut Ketua Umum Partai Politik, ada yang menyinggung sejumlah tokoh pengusaha, para Naga sampai Onta.
Di samping menyinggung sejumlah Oligar dengan berbagai versi, Prof Tulus Warsito memberikan pandangan masyarakat juga mulai risih dengan kemungkinan munculnya calon Ratu di Indonesia.