Depok, Otoritas | Disela-sela kesibukan yang padat, Sekretaris Daerah Kota Depok, Hardiono menyempatkan diri untuk menerima tim dari Rumah Kajian Bersama (RKB) Kota Depok.
Seperti diketahui seminggu yang lalu Kota Depok ini diberitakan, dua warganya yang terjangkit Covid-19 dan dinyatakan positif. Tentu hal ini sangat menyibukkan aparatur sipil daerah.
Kunjungan Rumah Kajian itu terkait dengan berbagai persoalan yang sangat urgent dan mendesak, untuk segera dilakukan penataan kembali Kota Depok, terkait dengan semakin minimnya ruang terbuka hijau, yang berdampak kepada persoalan-persoalan lainnya, seperti pemukiman padat penduduk akibat urbanisasi, kemacetan, banjir, transportasi, kesehatan warga, pencemaran lingkungan. “Ini harus segera dibenahi ” ujar Hardiono dalam paparannya yang disampaikan dalam dialog dengan tim kajian strategis itu.
Rumah Kajian Bersama yang diwakili oleh ketuanya Ayomi Mahayu, S.Si mencoba memberikan sebuah pandangannya yang digagas oleh sekumpulan berbagai pakar bidang keilmuan yang tergabung dalam RKB ini.
Pandangan umum terkait perubahan struktur penduduk akibat pergeseran wilayah dan urbanisasi perlu di pertegas dan proposional, persentasi wilayah sesuai bidang, daya dukung lingkungan serta ketersediaan sarana, tentu menjadi sangat penting.
Peningkatan jumlah penduduk, tingkat keterberdayaan serta evolusi sosial kemasyarakatan. Kategori motorik masyarakat dan gagasan ekonomi serta paralelisasi di sektor terkait SDM baik’lokal maupun urban, kesemuanya menjadi bagian integral yg perlu ditata kembali dan disempurnakan.
RKB awalnya adalah sekumpulan orang-orang yang berdomisili di Kota Depok membahas terkait isu strategis dampak ke depan pada pemindahan Ibu Kota Negara. Hal ini apabila dilaksanakan pemerintah pusat nanti, “bagaimana keterkaitannya dengan Kota Depok sebagai salah satu Penyangga Ibu Kota yang ikut andil menyumbangkan sebagian besar warganya yang tinggal di Depok dan bekerja di Jakarta”, kata Ayomi. Selain itu, hal yang terkait dengan beban lingkungan termasuk air limpahan yang melalui Sungai Ciliwung yang bermuara sampai ke teluk Jakarta. dan yang tidak kalah pentingnya adalah penataan kembali gedung dan bangunan secara infrastruktur kota seperti kabel listrik yang harus ditanam sepanjang Margonda- Citayam, penutupan dan pemindahan stasiun yang ada (Depok Lama) guna mengurai kemacetan, dan pembenahan transportasi publik yang tertib dan teratur.
RKB merupakan kumpulan pakar keilmuan dari berbagai latar belakang, Alumni Universitas dan Perguruan Tinggi, seperti UI, ITB, UGM, Universitas Pancasila, Gunadharma,, Program Doktor beasiswa Habibie, dan dari Universitas luar negeri. Artinya lembaga ini siap mensupport pemikiran-pemikiran dan ide-ide yang spektakuler sebagai solusi persoalan yang dipaparkan lugas dan stategis dari benak Sekda Kota Depok Hardiono.
Sebagai apresiasi beliau terhadap Rumah Kajian Bersama (RKB), Hardiono usul, “…Bagaimana bila anda semua agar lebih menggigit pengabdian kepada kota Depok, menawarkan sebuah nama untuk mereka yaitu The Depok Institute “. Hardiono tidak hanya memberikan nama itu namun ia juga menantang untuk beradu bukan saja gagasan namun yang lebih tinggi lagi yaitu pengabdian di Kota Depok, dengan menyumbangkan sebagian ilmunya untuk kemajuan kota yang kita harapkan bersama.
RKB menyetujui usulan itu mereka siap dan sepakat, kapan pun diminta untuk meluangkan waktu, tenaga dan pikiran demi kemajuan kota dan warga agar kota tertata lebih humanis dan ramah terhadap lingkungan.
Saat itu juga tanggal 11 Maret 2020, pukul 09.30 ditetapkan sebagai hari lahirnya The Depok Institute ” semoga silaturahmi ini di ruang kerja Sekda menjadi kebaikan untuk orang banyak dalam hal pelayanan kepada warga yang tinggal dan menetap di kota Depok ” kata penutup perwakilan The Depok Institute, Dr. Kuncoro Pinardi, dan disambut dengan doa “aamiin…”oleh seluruh yang hadir di ruangan itu.