Jakarta, Otoritas – Informasi yang didapat dari BMKG terdapat dua kali gempa besar yang terjadi yaitu pada tanggal 14 Januari 2021 pukul 14:35 WITA dengan kekuatan sebesar magnitudo 5,9 SR dan pada tanggal 15 Januari 2021 pukul 02:28 WITA, dengan kekuatan yang lebih besar dari gempa pertama, yaitu magnitudo 6,2 SR. Gempa tersebut terjadi di Sulawesi Barat tepatnya di Kabupaten Majene yang dampaknya juga dirasakan oleh Kabupaten Mamuju.
Gempa tersebut mengakibatkan banyaknya korban jiwa dan bangunan-bangungan yang rusak. Setidaknya ada 73 orang meninggal, sebanyak 64 orang di Kabupaten Mamuju dan 9 orang di Kabupaten Majene. Selain korban jiwa, terdapat juga korban luka-luka sebanyak 554 orang. Akibat gempa ini, terdapat 27.850 pengungsi yang tersebar di 25 titik pengungsian. Terdapat juga sarana dan prasarana yang rusak; kantor gubernur sulawesi barat, 1 unit puskesmas, 300 rumah warga yang rusak dan setidaknya terdapat 3 titik longsoran yang memutus akses jalan provinsi.
Program IRES dalam Gempa Sulbar
Dalam melakukan respon tanggap bencana terhadap gempa bumi yang menimpa Mamuju dan Majene, Indonesia Resilience melakukan beberapa aktivitas:
- mendorong kerja-kerja tanggap darurat, seperti melakukan pemetaan, pengkolektifan data, dan membuat alur mekanisme komunikasi dengan membuat sistem informasi komunikasi melalui ARCGIS (merupakan inisiasi IRES untuk melihat sulitnya informasi seperti data penyintas, kebutuhan penyintas dan lokasi bencana);
- melakukan Psychological First Aid dengan bermain games, pohon impian dll yang berorientasi pada penurunan stress penyintas terkhususnya anak-anak;
- kolaborasi Respon Medis bersama NGO lain yang bertujuan untuk melakukan pemulihan dan perlindungan kesehatan untuk penyintas, serta Distribusi Logistik.
Dampak yang dirasakan peyintas
Penyintas merasa terbantu dan merasa berterima kasih berkat kedatangan dan program – program yang telah di lakukan oleh Tim Indonesia Resilience (IRES) itu tercerminkan oleh salah satu peyintas yang bernama ibu Sri.
Ibu Sri sebagai ibu rumah tangga yang bersuamikan seorang pengelola kebun jagung di lahan yang di miliki oleh salah satu tetangganya.
Ia mengatakan “Terima kasih telah datang dan merasa sangat bersyukur berkat kedatangan Indonesia Resilience (IRES) yang melakukan kegiatan psikososial terhadap anak – anak di posko pegungsian” ujar ibu Sri. Ia juga berharap kedatangan kembali rekan – rekan relawan yang terus bergerak dan berjuang untuk kemanusiaan. Tak lupa, ia berpesan agar rekan – rekan relawan tetap dalam kondisi sehat serta diberikan kemudahan di segala kegiatan atas dasar kemanusiaan.
Sekali lagi, ia mengatakan: “ Terima kasih dan salam untuk keluarga di rumah”
Tindak Lanjut
Tindak lanjut setelah melakukan respon tanggap darurat, IRES akan melakukan program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana. Adapun program yang akan dilakukan :
- Program Perumahan Partisipatif
- Pemulihan Ekonomi Produktif sesuai karakteristik masyarakat
- Penguatan resiliensi komunitas.
Kami sangat membuka kolaborasi seluas-luasnya bagi pemerintah, NGO/CSO maupun masyarakat umum untuk berpartisipasi dalam program pemulihan ini.
Tentang Indonesia Resilience
Indonesia Resilience (IRES) adalah Lembaga Penelitian yang berbasis aktivisme pemberdayaan yang berfokus pada bidang resiliensi dan pengurangan risiko bencana. IRES mulanya lahir sebagai lingkar studi merespon multi-bencana yang terjadi di tahun 2018 (Gempa Lombok, Gempa dan Likuifaksi di Donggala, Sigi dan Palu, Tsunami Selat Sunda).
Para inisiator IRES memiliki cita-cita untuk menyebarkan pemahaman resiliensi dan pengurangan risiko bencana. Sekarang, IRES juga memiliki program-program pemberdayaan masyarakat seperti: Kampung Tangguh Bencana dan Lumbung Pangan di Petamburan yang memberdayakan aspek ekonomi dan sosial masyarakat secara partisipatoris guna menguatkan aspek resiliensi masyarakat agar tangguh terhadap bencana. dan juga respon tanggap darurat; Edukasi publik kebencanaan, yang merupakan program edukasi berbentuk diskusi yang dilakukan untuk memberikan pemahaman terkait kebencanaan kepada khalayak umum guna meningkatkan awareness dan knowledge publik terhadap isu kebencanaan.; IRES juga tidak luput untuk melakukan respon tanggap darurat untuk mengurangi dampak resiko bencana.