Surabaya,Otoritas | Usai dilantik hari Minggu lalu, Aspeparindo Jatim langsung menggebrak. Jalanan kerjasama segera dilakukan. Siang tadi dilakukan Pertemuan dengan Marketing dan Kelembagaan Bank UMKM Jawa Timur, yang di wakili Sigit Purwanto ,M.IP, Difasilitasi oleh salah satu Dewan Penasehat Asperparindo Jatim, Gunawan SH, M.Si , disepakati untuk jalinan kerjasama dengan Bank UMKM Jatim.
Dewan Pengawas Chandra Manggih Rahayu sangat mengapresi pertemuan tersebut. “Itu prakarsa dan ide yang sangat baik untuk mengeluarkan UKM sektor parkir di Jatim”, pungkas Chandra yang juga Ketum UKM IKM Nusantara penuh semangat.
Sementara itu Ketua Kamar Dagang Industri Nasional Daerah (Kadinda) Jawa Timur (Jatim), Dr Basa Alim Tuastikal, menyambut antusias keberadaan Aspeparindo Jawa Timur.
“Semoga keberadaan Aspeparindo dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Timur,” jelas Basa Alim Tuastikal saat memberikan sambutan saat pelantikan Aspeparindo Jawa Timur yang diawaki oleh Agung Santoso, di Aula Dinas Pendidikan di Jalan Jagir, 15/12.
Apalagi, Aspeparindo mewadahi perparkiran baik perorangan maupun perusahaan secara legal, sehingga setiap retribusi parkir dapat meningkatkan PAD.
“Di sisi lain, Aspeparindo dapat menyerap tenaga kerja,” jelas Abangda Basa Alim, panggilan akrabnya di kalangan Aspeparindo.
Namun, sebagai Doktor Kebijakan Publik, lelaki berdarah Ambon Arab ini, tak bisa menutupi kegelisahannya. Lebih-lebih sebagai akademisi.
“Di manapun saya berada, saya selalu menyampaikan di 2020 ini, bakal ada krisis pangan,” jelasnya. Khusus Indonesia, dia menyebut memasuki Maret atau April.
“Di bulan itu krisis pangan akan dimulai,” ujarnya mengingatkan.
Tanda-tandanya, jelas lelaki berkopiah ini, Indonesia lebih banyak impornya ketimbang ekspornya, termasuk kebutuhan pokok. “Kondisi ini jelas tidak baik,” tuturnya.
Sekadar contoh, Basa menyebut soal Jagung. “Kebetulan saya mencari pemasoknya untuk tiap hari. Kira-kira beberapa ton saja. Ternyata tidak ada yang sanggup, kecuali hanya Bulog saja. Itupun impor,” tuturnya.
Begitupun pada komoditi lain, seperti beras, garam, cabai, hingga kedelai untuk tempe pun masih impor. “Di Jawa Timur saja, dua pabrik Tapioka saja tutup, karena ketiadaan bahan baku,” jelasnya.
Jadi, menurut dia, meski saat ini eranya Alvin Toffler dengan komunikasinya, era pertanian tidak bisa dilupakan saja. Pertanian harus prioritas dalam memenuhi sandang paman.
“Solusinya kita kembali ke kolonial, perlu tanam paksa agar kita keluar dari krisis pangan,” tegasnya. Sebab, negara-negara yang surplus pangan, tidak akan mau mengimpor. Mereka lebih memprioritas kebutuhan masyarakatnya.
“Saya menyampaikan ini, karena kebutuhan pangan jadi persoalan kita semua, termasuk Aspeparindo,” ujarnya menyebut PAD yang ditingkatkan kepada Pemda dapat dialokasikan untuk pangan, termasuk Tanam Paksa seperti era penjajahan Belanda. (***)